Kamis, 18 Juni 2009

Semut dan Manusia

Cerpen, Cerpen, Cerita Pendek untuk Anak, Semut dan Manusia, Banyak Cerita pendek lainya disini

Ada sekelompok semut sedang sibuk di bawah cahaya matahari, ketika seorang manusia menjongkokkan badan melihat semut itu, bayangan dirinya menutupi cahaya mentari.

“Wah, apa ini?” kata semut.

Dengan panik semut-semut itu bertanya, “Apa gerangan yang telah menutupi cahaya mentari?”

Semut A berkata, “Sepertinya suatu makhluk yang sangat besar, jangan-jangan makhluk hidup taraf tinggi yang besarnya tak terhingga dibanding semut, dalam legenda yang bernama Manusia?”

Semut B berkata, “Memang, ada legenda kuno demikian.”

“Saya tidak percaya. Kalau bisa carikan saya satu “Manusia”, biar saya lihat dulu, saya baru percaya kalau sudah melihatnya.”

Para semut memiliki pendapat yang bermacam-macam. Ada yang percaya, ada juga yang tidak. Namun, legenda eksisnya “Manusia” tetap tersebar luas di dalam lubang semut.

Apa! ada “Manusia”? Ini propaganda takhayul! Turunkan tihta. Seluruh rakyat perkuat pelajari 3 teori saya yakni tekankan pada ilmu pengetahuan, produksi dan raja semut. Berdasarkan ilmiah, anti takhayul. Kita harus menjadikan raja semut sebagai kekuatan inti, jalankan dengan baik pembangunan ekonomi semut. Di dalam lubang, raja semut melancarkan gerakan propaganda besar-besaran anti takhayul, dan penekanan pada ilmu pengetahuan. Namun, legenda tentang “Manusia” sudah meresap dalam sanubari semut, tidak bisa dirubah dengan propaganda.

Lantas, mana yang baik, manusia atau raja semut?

Begitu raja semut tahu, lantas menjadi kesal: “Saya percaya atheisme (tidak mengakui keberadaan Tuhan) tidak bisa memenangi theisme (percaya pada Tuhan). Semut sudah saya bina sejak kecil. Semua semut dalam lubang percaya bahwa semut yang ada di tengah manusia harus memilih diantara keyakinan dan kehidupan mereka, saat ujian akhir semut kecil harus menjawab melalui kertas ujian tertulis tentang siapa yang baik, apakah manusia atau raja semut?

“Sudah waktunya saya pulang…,” tiba-tiba manusia tadi berpamitan.

Sampai disini, orang itu lalu pergi, dan tanpa disengaja, menginjak mati raja semut. Sebenarnya adakah yang namanya manusia itu? Semut-semut yang terselubungi dan malang ini masih belum jelas apa sebenarnya yang telah terjadi, mereka masih merenung sebenarnya ada atau tidak suatu kehidupan yang namanya “Manusia”.

Nah, apa kalian suka dengan cerita ini? Bahkan kita tahu bahwa di atas dunia ini banyak orang yang hidup, namun, semut-semut tidak melihat, juga tidak percaya, sungguh kasihan, bukan?

Mengapa semut tidak bisa melihat, tidak percaya dengan keberadaan manusia? Jawabannya: semut dan manusia hidup di dunia yang berbeda, melalui penglihatan semut tidak bisa melihat secara jelas dunia manusia, dan dari pengalaman semut juga tidak bisa membayangkan kehidupan manusia.

Apakah dikarenakan semut tidak percaya lantas benar-benar tidak ada manusia? Jawabannya tentu saja tidak!

Kita akan menjumpai banyak hal ihwal yang sekilas sulit dipercaya, dipahami atau tidak dimengerti, jika saat itu tiba, kalian harus ingat dengan kisah semut ini, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama dengan semut-semut itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar